Sabtu, 08 Maret 2014


Restorasi Meiji yang Mengakhiri Era Samurai & Keshogunan Jepang


            Restorasi Meiji (Meiji Restoration; Meiji Ishin) adalah peristiwa pengembalian atau restorasi kekuasaan ke tangan kaisar dari yang awalnya dipegang oleh shogun dinasti Tokugawa. Peristiwa pengalihan kekuasaan yang dimaksud terjadi pada tahun 1867, namun periode sebelum & sesudah pengalihan kekuasaan banyak diwarnai oleh gejolak sosial serta militer yang turut melibatkan negara-negara Barat.

            Kata "Meiji" pada peristiwa restorasi ini diambil dari nama gelar Kaisar Meiji & memiliki makna "pemerintahan yang tercerahkan" untuk menggambarkan stabilnya kembali kondisi dalam negeri Jepang sejak diperintah oleh kaisar yang bersangkutan. Restorasi Meiji merupakan salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah pra modern Jepang karena berkat restorasi ini, Jepang yang awalnya merupakan negara kolot & terbelakang berubah menjadi salah satu negara termaju di Asia & bahkan dunia. Namun di sisi lain, Restorasi Meiji juga menjadi penyebab utama hilangnya golongan-golongan tradisional seperti golongan daimyo (tuan tanah) & samurai (ksatria elit) dalam struktur sosial masyarakat Jepang.



LATAR BELAKANG


            Jepang adalah negara dengan bentuk pemerintahan kekaisaran yang berarti secara teoritis, pemegang kekuasaan tertinggi di Jepang adalah kaisar. Namun dalam praktiknya, yang memiliki peran & kekuatan besar dalam menjalankan roda pemerintahan adalah panglima militer yang dikenal dengan sebutan "shogun". Kaisar di lain pihak memiliki peran terbatas dalam aktivitas sosial politik Jepang sehingga kini ia hanya menjadi semacam simbol. Masing-masing panglima memiliki pasukannya sendiri-sendiri & tidak jarang timbul perang antar panglima untuk menjadi shogun yang diakui oleh kaisar. Terhitung sejak tahun 1603, posisi shogun dipegang oleh dinasti Tokugawa di mana mereka menjalankan roda pemerintahan dari kota Kyoto.

           Tahun 1633, rezim Tokugawa menjalankan kebijakan baru yang dikenal dengan nama "sakoku". Dengan kebijakan tersebut, orang-orang Jepang kini tidak boleh lagi pergi keluar negeri & orang-orang asing tidak diperbolehkan masuk ke Jepang (kecuali pedagang Belanda serta Cina). Buku-buku berbahasa asing juga dilarang beredar di seantero Jepang. Alasan utama dijalankannya kebijakan sakoku adalah karena Tokugawa khawatir kalau pengaruh negatif yang dibawa oleh orang-orang Eropa (khususnya Spanyol & Portugal) akan membuat Jepang nantinya bisa dikuasai oleh pihak asing. Salah satu contoh pengaruh negatif yang dimaksud adalah semakin banyaknya penduduk Jepang yang memeluk agama Katolik. Menurut Tokugawa, orang-orang yang menganut agama Katolik memiliki kecenderungan lebih besar untuk membangkang karena mereka akan lebih patuh kepada gereja daripada shogun.


          Sejak kebijakan sakoku dijalankan, aktivitas pertanian, perdagangan, & praktik kebudayaan lokal sempat mengalami peningkatan pesat. Namun memasuki abad ke-18, timbul kemerosotan ekonomi yang diakibatkan oleh bencana alam periodik & aktivitas korupsi para anggota pemerintahan. Untuk mengakalinya, pemerintahan Tokugawa lantas menaikkan pajak kepada kaum petani - kebijakan yang lantas menyulut penolakan & kerusuhan di kawasan pedesaan. Kemerosotan ekonomi negara & semakin kayanya golongan pedagang juga membuat golongan samurai menjadi semakin bergantung pada golongan pedagang untuk mencukupi kebutuhan finansialnya. Sebagai akibatnya, sekat-sekat pemisah antar golongan yang sudah dibangun oleh rezim Tokugawa untuk menjaga stabilitas sosial mulai mengalami keretakan.

            Di luar Jepang, muncul tekanan agar Jepang kembali membuka diri & menormalkan hubungan dagangnya dengan negara-negara Barat. Negara-negara seperti Portugal, Rusia, & Perancis mengirim armada dagangnya untuk membujuk Tokugawa supaya mau mengubah kebijakannya, namun semuanya berakhir sia-sia. Baru setelah armada militer Amerika Serikat (AS) yang dipimpin oleh Komodor Matthew Perry berlabuh di Jepang pada tahun 1853, Jepang bersedia membuka hubungan dagang dengan AS sejak tahun 1854 karena Jepang merasa khawatir dengan superioritas teknologi militer yang ditunjukkan oleh AS lewat kapal-kapalnya. Beberapa tahun kemudian, giliran Rusia, Inggris, & Perancis yang berhasil mendapatkan izin dari pemerintah Jepang untuk melakukan aktivitas dagang di pelabuhan-pelabuhan lautnya.

            Masuknya kembali bangsa-bangsa asing ke tanah Jepang membuat keshogunan Tokugawa semakin kehilangan wibawanya di mata penduduk lokal. Penyebabnya adalah selama ini Tokugawa selalu menonjolkan dirinya sebagai pemimpin yang membentengi negaranya dari pengaruh bangsa asing. Keputusan Tokugawa untuk mengizinkan bangsa-bangsa asing kembali beroperasi di wilayah Jepang secara otomatis membuat rezim tersebut dianggap sudah mengingkari janjinya sendiri kepada rakyat Jepang. Dikombinasikan dengan faktor-faktor internal seperti krisis ekonomi, era pemerintahan dinasti Tokugawa yang sudah berlangsung selama beberapa abad pun mulai goyah & seruan supaya kaisar kembali menjalankan roda pemerintahan Jepang mulai membahana.



BERJALANNYA RESTORASI

           Dibukanya kembali pelabuhan-pelabuhan Jepang kepada pihak asing membuat orang-orang asing mulai berduyun-duyun datang ke Jepang. Ketika jumlah mereka semakin banyak & kedatangan mereka dianggap membawa dampak negatif bagi Jepang, konflik antara orang asing dengan para samurai & daimyo yang anti-asing pun mulai timbul. Banyak orang asing yang sedang berada di Jepang tewas terbunuh secara mengenaskan. Memasuki tahun 1863, Kaisar Komei juga turut menyatakan penolakannya secara terang-terangan akan keberadaan orang asing di Jepang & memerintahkan shogun untuk segera melakukan sesuatu. Perintah kaisar tersebut lalu direspon shogun dengan cara meminta perwakilan negara-negara asing untuk segera angkat kaki dari Jepang.

            Alih-alih menuruti permintaan shogun, negara-negara Barat justru memilih untuk mengirimkan armada lautnya ke Jepang karena menganggap shogun tidak bisa lagi mengendalikan perilaku rakyatnya sendiri. Ada 2 provinsi yang menjadi markas utama dari kelompok anti-shogun & anti asing, yaitu provinsi Satsuma (sekarang dikenal dengan nama Kagoshima) & provinsi Choshu (sekarang Yamaguchi). Kedua provinsi itulah yang menjadi sasaran pengeboman oleh kapal-kapal perang milik AS & negara-negara Eropa pada tahun 1863 hingga tahun 1864. Sadar bahwa negara-negara Barat terlalu kuat untuk diusir & dikalahkan, kaisar pun mengubah pikirannya & membiarkan shogun tetap melanjutkan kebijakannya membuka pesisir Jepang kepada negara-negara Barat. Masih berlanjutnya hubungan antara shogun & negara-negara Barat lantas diikuti pula dengan proses modernisasi di wilayah Jepang yang dikuasai oleh shogun.

            Di pihak yang berseberangan, kelompok anti-shogun di Satsuma & Choshu yang sebelumnya menunjukkan sentimen anti asing mulai menyadari potensi dari pihak yang awalnya mereka musuhi. Maka, mereka pun mulai menjalin kontak dengan Inggris & AS supaya kedua negara tersebut bersedia membantu memodernisasi pasukan milik kelompok anti-shogun. Kelompok anti-shogun berharap, pasukan milik mereka yang sudah dimodernisasi nantinya bisa digunakan untuk menggulingkan shogun lewat jalur militer sehingga pucuk kekuasaan negara yang awalnya dipegang oleh shogun akan beralih kembali ke tangan kaisar Jepang. Tergulingnya shogun juga akan memuluskan keinginan dari kelompok anti-shogun untuk merombak & memodernisasi Jepang sesuai dengan selera mereka.

            Kegiatan modernisasi pasukan yang dilakukan oleh kelompok anti-shogun mulai berbuah manis ketika pada tahun 1866, pasukan anti-shogun berhasil mengalahkan pasukan shogun yang menginvasi Choshu. Setahun kemudian, Kaisar Komei wafat & posisinya digantikan oleh putranya Mutsuhito yang nantinya lebih dikenal dengan nama Kaisar Meiji. Di tahun yang sama dengan kematian Kaisar Komei, Tokugawa Yoshinobu / Tokugawa Keiki diangkat menjadi shogun yang baru. Posisi keshogunan saat itu sudah begitu rapuh sebagai akibat dari meningkatnya kekuatan Satsuma & Choshu, sementara para daimyo yang selama ini mendukung shogun justru meminta agar shogun membiarkan kaisar menjadi penguasa mutlak Jepang. Sadar bahwa ia tidak memiliki pilihan lain, Yoshinobu setuju untuk mundur dari posisinya sebagai shogun pada bulan November 1867. Mundurnya Yoshinobu sekaligus mengakhiri era keshogunan Tokugawa yang sudah berlangsung selama lebih dari 2,5 abad.

            Walaupun secara resmi keshogunan Tokugawa tidak lagi eksis, namun dalam realitanya para anggota dinasti Tokugawa masih memiliki pengaruh kuat dalam aktivitas pemerintahan Jepang. Situasi tersebut tidak disukai oleh para pemberontak Satsuma & Choshu sehingga pada bulan Januari 1868, mereka nekat menyerang & menduduki istana kekaisaran di Kyoto. Saigo Takamori selaku pemimpin penyerbuan tersebut lalu menyatakan kalau kekuasaan kaisar sudah direstorasi sambil memerintahkan agar aset-aset milik anggota dinasti Tokugawa segera disita. Merasa tidak senang dengan peristiwa tersebut, Yoshinobu lalu memerintahkan pasukannya untuk segera menyerbu Kyoto sehingga pecahnya "Perang Boshin" (Boshin Senso) antara pasukan pro-Tokugawa melawan pasukan pro-kekaisaran pun tak terhindarkan lagi.

            Pasukan pro-Tokugawa memiliki keunggulan dalam hal jumlah personil, namun mereka tidak memiliki stok persenjataan modern yang memadai. Pasukan kekaisaran di lain pihak dilengkapi dengan persenjataan termutakhir pada masanya seperti senapan Gattling, meriam Armstrong, & senapan Minie yang memiliki akurasi tinggi serta jarak tembak yang jauh. Keunggulan tersebut berhasil dimanfaatkan oleh pasukan kekaisaran dengan baik sehingga perlahan tapi pasti, mereka berhasil mendesak mundur pasukan pro-Tokugawa. Hasilnya, pada bulan Oktober 1868 pasukan kekaisaran sudah berhasil menguasai 3 dari 4 pulau utama di Jepang : Kyushu, Shikoku, & Honshu. Pasukan pro-Tokugawa yang masih tersisa sempat mundur ke Pulau Hokkaido untuk mendirikan basis pertahanan terakhir, namun perlawanan mereka akhirnya terhenti pada bulan Mei 1869 setelah digempur habis-habisan oleh pasukan kekaisaran di Hakodate, Hokkaido selatan.


KONDISI PASCA RESTORASI

          Menyerahnya sisa-sisa pasukan pro-Tokugawa sekaligus mengakhiri konflik bersenjata yang mewarnai masa transisi selama Restorasi Meiji. Pasca restorasi, ibukota pemerintahan yang awalnya berlokasi di Kyoto dipindahkan ke Tokyo (sebelumnya bernama Edo). Upaya modernisasi & reformasi dilakukan secara menyeluruh untuk mengejar ketertinggalan Jepang dari negara-negara Barat sekaligus menaikkan posisi tawarnya di mata dunia internasional. Sebagai contoh, para daimyo diharuskan menyerahkan tanah miliknya ke kaisar. Sebagai gantinya, para daimyo tersebut direkrut menjadi gubernur yang dibayar secara berkala oleh pemerintah pusat. Sistem feodalisme juga dihapuskan & diganti dengan sistem daerah administrasi (prefektur).

            Untuk mengubah Jepang dari yang awalnya negara agraris menjadi negara industri yang maju, pemerintah "Negeri Matahari Terbit" tersebut mengirimkan rakyatnya yang berbakat untuk menimba ilmu di luar negeri sambil mengundang para staf ahli dari luar negeri untuk mengajar di Jepang. Modernisasi fasilitas transportasi & komunikasi juga dilakukan untuk memperlancar aktivitas sosial ekonomi dalam negeri. Para zaibatsu atau keluarga pebisnis yang mendominasi perekonomian nasional mulai bermunculan. Sementara di sektor militer, kebijakan wajib militer diterapkan & perombakan angkatan darat serta laut dilakukan dengan memakai angkatan bersenjata dari negara-negara maju Eropa sebagai modelnya. Berkat aneka kebijakan tersebut, Jepang berhasil tumbuh menjadi salah satu negara Asia dengan militer terkuat & termodern pada paruh awal abad ke-20.

            Di sektor politik pada tahun 1889, Jepang akhirnya berhasil merumuskan undang-undang (UU) yang konsepnya menyerupai UU di negara-negara Eropa. Berdasarkan UU ini, Jepang akhirnya bisa memiliki badan parlemen nasional (Diet). Namun dalam realitanya, kaisar tetap memiliki posisi dominan dalam aktivitas pemerintahan karena posisinya yang ada di atas angkatan bersenjata & badan parlemen. Selain kaisar, orang-orang yang memiliki peran penting dalam aktivitas pemerintahan negara adalah "genro", kelompok penasihat kaisar yang beranggotakan para tetua Satsuma & Choshu. Besarnya peran genro dalam aktivitas pemerintahan Jepang sendiri tidak lepas dari masih kurangnya rasa persatuan dari sesama anggota parlemen dalam merumuskan kebijakan bersama.

            Kebijakan-kebijakan baru pemerintah Jepang di era Meiji tidak selalu membawa dampak positif. Salah satu golongan masyarakat yang paling dirugikan oleh reformasi sosial di era Meiji adalah golongan samurai. Di era keshogunan, samurai merupakan salah satu kasta sosial yang paling dihormati berkat sistem feodalisme yang dibuat sedemikian rupa. Namun pasca Restorasi Meiji, sistem feodalisme dihapuskan sehingga samurai pun kehilangan hak-hak istimewanya selama ini, salah satunya hak membawa pedang secara bebas. Sebagian samurai menolak & melakukan pemberontakan sporadis pada dekade 1870-an, sementara sebagian lainnya memilih untuk beradaptasi & menanggalkan identitas samurainya untuk menekuni profesi lain sehingga keberadaan samurai dalam kehidupan masyarakat Jepang pun secara berangsur-angsur menghilang. 



Rabu, 13 November 2013

Catatan Kecil untuk Andalas

Tugas kedua, Menurut kami,  kami masih sebentar di  Andalas. Karena masih banyak rintangan yang harus kita lalui. Dan untuk melewatinya dibutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dan tidak menganggap hidup ini main-main.

Tugas ketiga, Di Andalas kita belajar menghargai sesama, antar teman maupun kakak kelas. Disini kami bersama dengan kekeluargaan. Contohnya : disaat salah satu teman kami yang tidak slalu ada pada acara di Andalas  kami belajar toleransi kepadanya karena kami mengerti keadaannya.  Secara formal kami mndapatkan ilmu tentang  PBT, PBB,  Pionering, Suriken, dll.
Kekurangan kami di Andalas, kami masih egois mementingkan diri sendiri dan kadang tidak peduli terhadap teman.  Kurang berbaur kepada kakak kelas terutama kakak-kakak kelas XII.  Kurang peduli terhadap lingkungan sanggar.
Tugas keempat, dari memakai ID Card, kami seperti sedang menjaga dan menjalankan sebuah amanah. Dan ketika kita mencoba untuk melanggar, kita merasa ada yang kurang. Dari sini kami belajar ‘jangan sampai melepaskan amanah’.
Tugas kelima, dari mengerjakan tugas di atas tujuannya kami berlatih jujur, kekompakan, dan merenungkan apa saja kekurangan kami di Andalas, serta kami menyadari bahwa kami harus berubah lebih baik!

Love At Florist

LOVE AT FLORIST

Jam menunjukkan pukul 6.50, 10 menit lagi bel sekolah berbunyi. Namun, Mawar, gadis manis dengan mata sipit, kulit kuning bersih mirip keturunan tionghoa itu masih mematung di halte. Dengan ekspresi resah ia memainkan handphone-nya, sambil berkali-kali melirik ke jam tangannya. “Sial ! bakalan telat lagi nih !”, gerutunya dengan ekspresi marah, tapi entah marah pada siapa.
Tak  lama kemudian datang cowok perawakan tinggi dengan memakai jaket abu-abu, mengendarai motor matic. Ia berhenti di depan Mawar. Randy. Itu namanya, sahabat Mawar sejak mereka balita dulu. Cowok keren itu membuka helm-nya lalu berkata, “Ngapain lu, War ? pengen disuruh hormat bendera lagi ? Hahaha..”
Mawar hanya terdiam, cuek, pura-pura tak mendengar. Randy menyalakan mesin motornya sambil berkata, “Ayo, buruan naik ! mau kena hukuman dari Pak Alex ?”. Mawar tersenyum sumringah lalu lari menuju motor Randy, duduk diboncengannya sambil memeluk pinggang Randy, “Lu emang sahabat gue yang baik banget”. Randy lalu meng-gas motornya dengan kecepatan tinggi. Mawar memukul-mukul punggung Randy, karna ia takut jatuh.

****

Sore hari di kompleks Mawar, hujan turun rintik-rintik. Mawar menatap jendela melihat kearah luar. Tangannya menggenggam foto-fotonya bersama Randy. Diam-diam Mawar memendam perasaan pada Randy. Namun, ia tak ingin persahabatannya dengan Randy hancur, apalagi kalau Randy hanya menolaknya pasti Randy akan menjauhinya. Ah, sudahlah..
Pandangannya tertuju pada gerbang rumahnya. Ada seseorang berdiri di depan gerbangnya. Randy. Itu Randy. Mawar berlari menuju depan rumah. Menghampiri cintanya. “Randy kamu ngapain? Ayo masuk ke dalam, hujan loh nanti kamu sakit.” Randy hanya menggeleng, bibirnya bergetar karena kedinginan. “Mawar, ada hal mendadak yang ingin aku sampaikan, Papaku kritis, ia harus dibawa ke Singapore, aku harus pergi. Entah kapan aku akan kembali, pesanku kamu cepatlah cari pacar, biar kamu nggak sendirian lagi”
Kata-kata Randy menusuk hati Mawar. Pergi ? secepat itukah ? Pacar ? Bagaimana bisa ia mencintai cowok lain kalau cowok yang ia cintai Randy. Dan hanya Randy !

***

Empat tahun setelah kepergian Randy, ia tak kunjung kembali. Mawar mencoba mencari belahan hati yang lain. Namun hasilnya nihil. Ia kini telah hidup mandiri di Bandung, jauh dari orang tuanya. Jadwal kuliah yang padat membuatnya agak mengesampingkan masalah percintaan. Ia bekerja sampingan di sebuah toko bunga. Ia mempunyai keahlian merangkai bunga. Setiap pelanggan yang datang ke toko itu selalu memesan rangkaian bunga untuk kekasih mereka. Terkadang mawar merasa iri.
Sore itu di toko bunga, Mawar sedang merapikan bunga-bunga didepan toko, dan menyemprotnya dengan air agar terlihat segar. Tiba-tiba seorang pelanggan datang. Lelaki tinggi, memakai jas rapih. Masuk pintu depan, melihat-lihat bunga yang bermacam-macam tertata rapi nan indah. “Rangkaian bunga apa yang cocok untuk orang yang saya cintai?”, tanyanya pada pegawai toko bunga itu. Mawar menoleh kearah pelanggan itu. Ia melonggo. “R-Randy ?” ia tergagap-gagap. Pelanggan itu menatap wajah Mawar. Seketika ia juga ikut membeku. “Mawar ? kamu kok bisa disini?”. Mawar menghela nafas, berusaha menahan perasaannya. “Aku bekerja disini. Hitung-hitung buat sampinganlah.”. Selanjutnya mereka berbincang-bincang tentang bergabagi hal.
“Kamu jago juga ya merangkai bunga hehe”, Randy memuji Mawar.
“Oh, itu tak terlalulah. Biasa saja. Kamu bilang itu untuk orang yang kamu sayangi, untuk siapa ? pacarmu ?”, Tanya Mawar, gelisah.
“Bukan, ini untuk calon istriku.”
“Calon istri ? Siapa ?Aku sahabatmu bertahun-tahun, teganya kamu merahasiakannya dariku”
“Tak perlu kukenalkan, kamu sudah mengenalnya. Mengenalnya sangat dekat.”
Jawaban Randy itu terus terbayang-bayang di otak Mawar. Penantiannya selama ini sia-sia. Ternyata Randy sebentar lagi akan menjadi milik wanita lain. Wanita yang sah. Ada rasa putus asa.
Tiba-tiba, ada yang mengetuk kamarnya. Neyla, teman satu kos-nya. “Maw, itu ada cowok kamu di depan nyariin kamu” . Mawar melonggo. “Pacar ? Aku nggak punya pacar”. “Udah deh buruan kedepan sana, jangan buat cowok yang cinta kamu nunggu lama”
Mawar berjalan ke ruang tamu, sambil menerka-nerka siapa cowok itu. Di ruang tamu, berdiri seorang cowok, membawa bunga yang tak asing bagi Mawar. Itukan rangkaian bunga yang dibeli Randy tadi.
Menyadari wanita yang dicintainya telah berada dibelakangnya, cowok itu membalikkan badannya. Ia tersenyum pada Mawar. “Randy, ada apa ?” Tanya Mawar. Randy menjawab, “Cuma pengen ngasih bunga ini ke kamu.”
“Loh, kata kamu itu kan buat calon istri kamu. wanita yang kamu cintai”
“Iya, bener. Dan cewek itu adalah kamu. aku udah mendem prasaan ini sejak kita SMA dulu. Kepolosan kamu, sifat kamu, apalagi kalo kamu lagi marah. Dulu aku terlalu takut untuk menyatakan cinta pada kamu. maaf. Aku Cuma takut kamu nolak aku, dan menjauhiku. Tapi setelah 4 tahun di Singapore aku sadar, aku harus menyatakan cintaku ini pada kamu. kamu tahu kan kita bukan ABG lagi ? yang hanya mencari sensasi pacaran. Kita udah dewasa. Aku udah kenal kamu. ini saatnya menjalin hubungan yang serius bukan main-main lagi. Kamu setuju kan dengan aku ?”
Kata-kata Randy benar-benar meluluhkan hati Mawar. Perasaan yang dari dulu dipendam kini pecah berbaur bersama air matanya yang mengalir. Iya mengusap air matanya sambil mengangguk-anggukan kepalanya tanda setuju.