LOVE AT
FLORIST
Jam
menunjukkan pukul 6.50, 10 menit lagi bel sekolah berbunyi. Namun, Mawar, gadis
manis dengan mata sipit, kulit kuning bersih mirip keturunan tionghoa itu masih
mematung di halte. Dengan ekspresi resah ia memainkan handphone-nya, sambil
berkali-kali melirik ke jam tangannya. “Sial ! bakalan telat lagi nih !”,
gerutunya dengan ekspresi marah, tapi entah marah pada siapa.
Tak lama kemudian datang cowok perawakan tinggi
dengan memakai jaket abu-abu, mengendarai motor matic. Ia berhenti di depan
Mawar. Randy. Itu namanya, sahabat Mawar sejak mereka balita dulu. Cowok keren
itu membuka helm-nya lalu berkata, “Ngapain lu, War ? pengen disuruh hormat
bendera lagi ? Hahaha..”
Mawar
hanya terdiam, cuek, pura-pura tak mendengar. Randy menyalakan mesin motornya
sambil berkata, “Ayo, buruan naik ! mau kena hukuman dari Pak Alex ?”. Mawar
tersenyum sumringah lalu lari menuju motor Randy, duduk diboncengannya sambil
memeluk pinggang Randy, “Lu emang sahabat gue yang baik banget”. Randy lalu
meng-gas motornya dengan kecepatan tinggi. Mawar memukul-mukul punggung Randy,
karna ia takut jatuh.
****
Sore hari
di kompleks Mawar, hujan turun rintik-rintik. Mawar menatap jendela melihat
kearah luar. Tangannya menggenggam foto-fotonya bersama Randy. Diam-diam Mawar
memendam perasaan pada Randy. Namun, ia tak ingin persahabatannya dengan Randy
hancur, apalagi kalau Randy hanya menolaknya pasti Randy akan menjauhinya. Ah,
sudahlah..
Pandangannya
tertuju pada gerbang rumahnya. Ada seseorang berdiri di depan gerbangnya.
Randy. Itu Randy. Mawar berlari menuju depan rumah. Menghampiri cintanya.
“Randy kamu ngapain? Ayo masuk ke dalam, hujan loh nanti kamu sakit.” Randy
hanya menggeleng, bibirnya bergetar karena kedinginan. “Mawar, ada hal mendadak
yang ingin aku sampaikan, Papaku kritis, ia harus dibawa ke Singapore, aku
harus pergi. Entah kapan aku akan kembali, pesanku kamu cepatlah cari pacar,
biar kamu nggak sendirian lagi”
Kata-kata
Randy menusuk hati Mawar. Pergi ? secepat itukah ? Pacar ? Bagaimana bisa ia
mencintai cowok lain kalau cowok yang ia cintai Randy. Dan hanya Randy !
***
Empat
tahun setelah kepergian Randy, ia tak kunjung kembali. Mawar mencoba mencari
belahan hati yang lain. Namun hasilnya nihil. Ia kini telah hidup mandiri di
Bandung, jauh dari orang tuanya. Jadwal kuliah yang padat membuatnya agak
mengesampingkan masalah percintaan. Ia bekerja sampingan di sebuah toko bunga.
Ia mempunyai keahlian merangkai bunga. Setiap pelanggan yang datang ke toko itu
selalu memesan rangkaian bunga untuk kekasih mereka. Terkadang mawar merasa
iri.
Sore
itu di toko bunga, Mawar sedang merapikan bunga-bunga didepan toko, dan
menyemprotnya dengan air agar terlihat segar. Tiba-tiba seorang pelanggan
datang. Lelaki tinggi, memakai jas rapih. Masuk pintu depan, melihat-lihat
bunga yang bermacam-macam tertata rapi nan indah. “Rangkaian bunga apa yang
cocok untuk orang yang saya cintai?”, tanyanya pada pegawai toko bunga itu.
Mawar menoleh kearah pelanggan itu. Ia melonggo. “R-Randy ?” ia tergagap-gagap.
Pelanggan itu menatap wajah Mawar. Seketika ia juga ikut membeku. “Mawar ? kamu
kok bisa disini?”. Mawar menghela nafas, berusaha menahan perasaannya. “Aku
bekerja disini. Hitung-hitung buat sampinganlah.”. Selanjutnya mereka
berbincang-bincang tentang bergabagi hal.
“Kamu
jago juga ya merangkai bunga hehe”, Randy memuji Mawar.
“Oh, itu tak terlalulah. Biasa saja. Kamu bilang itu untuk orang yang kamu sayangi, untuk siapa ? pacarmu ?”, Tanya Mawar, gelisah.
“Bukan, ini untuk calon istriku.”
“Calon istri ? Siapa ?Aku sahabatmu bertahun-tahun, teganya kamu merahasiakannya dariku”
“Tak perlu kukenalkan, kamu sudah mengenalnya. Mengenalnya sangat dekat.”
“Oh, itu tak terlalulah. Biasa saja. Kamu bilang itu untuk orang yang kamu sayangi, untuk siapa ? pacarmu ?”, Tanya Mawar, gelisah.
“Bukan, ini untuk calon istriku.”
“Calon istri ? Siapa ?Aku sahabatmu bertahun-tahun, teganya kamu merahasiakannya dariku”
“Tak perlu kukenalkan, kamu sudah mengenalnya. Mengenalnya sangat dekat.”
Jawaban
Randy itu terus terbayang-bayang di otak Mawar. Penantiannya selama ini
sia-sia. Ternyata Randy sebentar lagi akan menjadi milik wanita lain. Wanita
yang sah. Ada rasa putus asa.
Tiba-tiba,
ada yang mengetuk kamarnya. Neyla, teman satu kos-nya. “Maw, itu ada cowok kamu
di depan nyariin kamu” . Mawar melonggo. “Pacar ? Aku nggak punya pacar”. “Udah
deh buruan kedepan sana, jangan buat cowok yang cinta kamu nunggu lama”
Mawar
berjalan ke ruang tamu, sambil menerka-nerka siapa cowok itu. Di ruang tamu,
berdiri seorang cowok, membawa bunga yang tak asing bagi Mawar. Itukan
rangkaian bunga yang dibeli Randy tadi.
Menyadari
wanita yang dicintainya telah berada dibelakangnya, cowok itu membalikkan
badannya. Ia tersenyum pada Mawar. “Randy, ada apa ?” Tanya Mawar. Randy
menjawab, “Cuma pengen ngasih bunga ini ke kamu.”
“Loh, kata kamu itu kan buat calon istri kamu. wanita yang kamu cintai”
“Iya, bener. Dan cewek itu adalah kamu. aku udah mendem prasaan ini sejak kita SMA dulu. Kepolosan kamu, sifat kamu, apalagi kalo kamu lagi marah. Dulu aku terlalu takut untuk menyatakan cinta pada kamu. maaf. Aku Cuma takut kamu nolak aku, dan menjauhiku. Tapi setelah 4 tahun di Singapore aku sadar, aku harus menyatakan cintaku ini pada kamu. kamu tahu kan kita bukan ABG lagi ? yang hanya mencari sensasi pacaran. Kita udah dewasa. Aku udah kenal kamu. ini saatnya menjalin hubungan yang serius bukan main-main lagi. Kamu setuju kan dengan aku ?”
“Loh, kata kamu itu kan buat calon istri kamu. wanita yang kamu cintai”
“Iya, bener. Dan cewek itu adalah kamu. aku udah mendem prasaan ini sejak kita SMA dulu. Kepolosan kamu, sifat kamu, apalagi kalo kamu lagi marah. Dulu aku terlalu takut untuk menyatakan cinta pada kamu. maaf. Aku Cuma takut kamu nolak aku, dan menjauhiku. Tapi setelah 4 tahun di Singapore aku sadar, aku harus menyatakan cintaku ini pada kamu. kamu tahu kan kita bukan ABG lagi ? yang hanya mencari sensasi pacaran. Kita udah dewasa. Aku udah kenal kamu. ini saatnya menjalin hubungan yang serius bukan main-main lagi. Kamu setuju kan dengan aku ?”
Kata-kata
Randy benar-benar meluluhkan hati Mawar. Perasaan yang dari dulu dipendam kini
pecah berbaur bersama air matanya yang mengalir. Iya mengusap air matanya
sambil mengangguk-anggukan kepalanya tanda setuju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar